CUKUP ITU BERAPA?


Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat petani menjadi kaya raya seberapa pun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata “cukup”.
Si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana. Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Baca lebih lanjut

Ten Reasons to Watch Less Television

Joshua Becker


“TV will never be a serious competitor for radio because people must sit and keep their eyes glued on a screen; the average American family hasn’t time for it.” – Author Unknown, from New York Times, 1939
Life is meant to be lived, not watched.
To get you started living your life rather than watching others live theirs, consider these ten reasons to watch less television:
1. It is influencing your worldview. Anybody who has ever been a policeman, a lawyer, a psychiatrist, an ER doctor, or an FBI agent will attest to the truth that television does not accurately portray their life. In almost all aspects, television rarely depicts the world and life accurately. Too much television results in disallusionment about what to expect from the world around us. This can most commonly be seen in people’s expectations of love, romance, and sexuality. Baca lebih lanjut

Wasiat-wasiat Yesus

#Mengasihi Musuh# (Matius 5: 43-48)
43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

(Sumber: The True Gospel of Christ, karya Elijah Syekh, terbitan Citra, 2007, hal.55)

Hidup Satu Jam Tanpa Dosa

Seorang teman mengirimi sms yang berbunyi begini:

Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya, “Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita?”
Ayahnya memandang anak kecil itu dan berkata, “Tidak, nak”.

Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan bertanya lagi, “Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun?”
Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.
“Oh, ayah, bagaimana kalau satu bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan?”
Ayahnya tertawa, “Mungkin tidak bisa juga,nak.”

“Ok, ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita hidup tidak bisa berdosa dalam satu jam saja?”
Akhirnya ayahnya mengangguk, “Kemungkinan besar, bisa nak, dan kasih Tuhanlah yang akan memampukan kita untuk hidup benar.”

Anak ini tersenyum lega. “Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah. Lebih mudah menjalaninya, aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar…”

***
Pernyataan ini mengandung kebenaran sejati. Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memerhatikan cari kita menjalani hidup ini. Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun, akan menjadikan kita terbiasa, dan apa yang sudah biasa kita lakukan, akan menjadi sifat, dan sifat akan berubah menjadi karakter, dan karakter akan menjadi destiny…

Hiduplah 1 jam… tanpa kemarahan, tanpa hati yang jahat, tanpa pikiran negatif, tanpa menjelekkan orang, tanpa keserakahan, tanpa pemborosan, tanpa kesombongan, tanpa kebohongan, tanpa kepalsuan, … Lalu ulangi lagi untuk 1 jam berikutnya …
Hiduplah 1 jam… dengan kasih, dengan suka cita, dengan damai sejahtera, dengan kesabaran, dengan kelemahlembutan, dengan kemurahhatian, dengan kerendahhatian, dengan penguasaan diri, … dan ulangilah untuk 1 jam berikutnya.

—-
Pesan ini — yang bukan short message ini — mengingatkanku pada konsep ibn al-waqt dalam konteks tasawuf. Para nabi, wali, imam, adalah putra sang waktu. Kehidupan mereka yang didominasi oleh Nama Al-Hasib (Yang Maha Penghitung) menjadikan mereka selalu bermuhasabah dari saat ke saat, dari jam ke jam, dari waktu ke waktu. Barangkali tak heran mereka menjadi orang yang maksum, terjaga dari kesalahan.
Semoga pahala diberikan kepada temanku ini karena mengingatkanku kembali pada apa yang sering terlupakan.

A Position of Great Glory

Mohammad Ehsan Rangiha

Tahajjud comes from the root word hujod which literally means ‘sleep’. However when it is constructed in a different form, tahajjud means to put away sleep and to stay up. Allah (swt) instructs the Holy Prophet (pbuh) to stay up part of the night to establish the night prayer (1).
Nafila has been taken from the word nafl which means extra, and this verse refers to the extra prayers that Allah (swt) asks the Prophet to establish during the night. Many commentators have explained this to mean that the night prayer was obligatory upon the Prophet (pbuh). Others believe the night prayer was initially obligatory upon the Prophet (pbuh) based on the verses in chapter 79 (Surat al-Muzzammil) ; the above verse (Quran 17:79) abrogated this by declaring the night prayer was recommended on the messenger and not incumbent. Baca lebih lanjut

Death is Beautiful

“He Who has created death and life, so that He may put you to a test to show who of you is best in conduct. He alone is Almighty, Much-Forgiving. ” (Al-Mulk 67:2)

Death is not the end of a life or the removal of life from living things or beings. Rather, it is something that is created, like life. God creates death in a living thing or being and so that thing or being dies. Since God’s creation is at all times beautiful, death is also beautiful.
This is because all human beings have an intrinsic feeling of eternity, and so feel imprisoned in the narrow confines of the material world as they yearn for eternity. This natural inclination towards eternal happiness comes from an objective reality: the existence of eternal life and our desire for it. Death is the door that opens onto eternity. Baca lebih lanjut

2: Fashshu Hikmatin Naftsiyyatin fi Kalimatin Syaitsiyyah (Hikmah Penghembusan dalam Kalimat [Ruh] Syitsiyah)

Bab ini berkaitan dengan dua tema utama: pertama, karunia Ilahi dan kedua, fungsi Penutup para wali dan Penutup para rasul. Sekaitan dengan yang pertama, Ibn ‘Arabi juga menyinggung tema kelatenan (latency) dan watak serta kemungkinan mengetahui watak seseorang.

Dalam bagian pertama pasal ini Syaikh al-Akbar membahas persoalan karunia Ilahi. Ia membagi karunia Ilahi ke dalam berbagai cara dan mendiskusikan seluruh hubungan antara permohonan dan pengabulan atas suatu permohonan, baik diucapkan maupun secara implisit. Baca lebih lanjut

Mempersembahkan Makanan

Oleh : I Nyoman Putrawan, Tabanan

Manusia sepenuhnya tergantung pada makanan untuk mempertahankan hidupnya. Makanan merupakan sumber energi yang menunjang tenaga fisik dan mental. Dari makanan pula seseorang ditentukan sifat-sifatnya, tingkat agresifitas serta kecenderungan-kecenderungan lainnya. Ini disebabkan karena semua bahan makanan memiliki sifat khas masing-masing. Dengan memindahkan bahan makanan itu ke dalam tubuh secara sistematis pula zat-zat hidupnya menjadi susunan daging, otot, lemak, enzim dan hormon-hormon. Adanya gairah, tabiat dan keinginan munculnya dari energi penggerak dan energi ini sebagian bersumber dari makanan selain udara yang kita hirup serta zat-zat prana yang lebih halus. Vitalnya fungsi makanan membuat orang selalu mencari tahu tentang seluk beluk makanan dan cara memakannya yang efektif agar berguna optimal bagi tubuh dan pikiran. Dengan memahami arti hidup berkualitas baik jasmani maupun rohani, maka kebiasaan-kebiasaan leluhur terkait dengan makanan akan bisa dimengerti. Salah satu kebiasaan yang sering dianggap suatu “kebiasaan belaka atau hanya “kegiatan dogmatis” tanpa manfaat yaitu “ ngejot atau yajnasesa atau persembahan makanan setiap pagi seusai memasak. Aktivitas ritual makanan sering menjadi kegiatan mekanis saja, suatu rutinitas tanpa dibarengi kesadaran terhadap fungsi ritual
tersebut. Akibatnya ada banyak kekeliruan dalam pelaksanaannya dan berkurang pula manfaat yang dapat dinikmati. Baca lebih lanjut

Gaya Hidup Minimalis dan Transportasi

Masih terkait dengan postingan sebelumnya tentang gaya hidup minimalis dalam prakteknya.

Kali ini saya mencobanya dalam urusan transportasi. Dari tulisan mengenai gaya hidup minimalis, menggunakan sarana transportasi disarankan karena dapat menghemat biaya sekaligus mengurangi gas buangan emisi kendaraan pribadi. Jadi, gaya hidup minimalis ini sejalan dengan kampanye peduli lingkungan atau green living.

Kebetulan kemarin saya berbeda arah dengan Vito dan mamanya. Saya ada meeting di BPPT Thamrin, sementara Vito harus sekolah ke daerah TB Simatupang. Vito diantar pakai mobil dan saya biarlah naik taksi saja. Demikian rencana awalnya. Baca lebih lanjut

Fashshu Hikmatin Ilahiyyatin fi Kalimatin Adamiyyah (Hikmah Ketuhanan dalam Kalimat [Ruh] Adamiyah)

BAB ini, sebagaimana disebutkan dalam judulnya, terutama berkaitan dengan hubungan antara Adam—yang di sini melambangkan arketip manusia—dan Allah. Secara lebih khusus lagi, pasal ini terkait dengan fungsi Adam dalam proses kreatif, sebagai prinsip perantara, transmisi, refleksi, dan sesungguhnya, sebagai alasan utama penciptaan alam (kosmos). Pasal ini juga mengupas hakikat malaikat dan hubungan antara berbagai pasangan konsep penting untuk memahami proses kreatif seperti universal-inividual, niscaya-mungkin, awal-akhir, lahir-batin, cahaya-kegelapan, serta keridhaan dan kemarahan.
Nama-nama Tuhan
Ibn ’Arabi membuka membuka pasal ini, bagaimanapun, dengan topik Nama-nama Ilahi dan hubungan mereka dengan Zat Ilahi. Yang dimaksudkan ”Nama-nama”, ia maksudkan Nama-nama Allah, Nama Allah sebagai Nama Tertinggi. Nama-nama ini berperan, secara esensial, untuk menjelaskan modalitas-modalitas tak terbatas dan kompleks dari polaritas Allah-alam. Nama Tertinggi itu sendiri, sebagai wujud Allah itu sendiri, secara jelas memerikan hakikat menyeluruh dan universal dari hubungan tersebut, yakni bahwa adalah Allah yang merupakan nyata (real), Maha Mencukupi (Self-Sufficient), sementara alam secara esensial tidak nyata dan sepenuhnya tergantung. Baca lebih lanjut