“Rasul yang Kucinta”

Suatu kali, aku mendapat sms yang isinya puisi. Sms ini dari sahabat AA.  Bunyinya begini:

RASUL YANG KUCINTA

— ZAKI, kelas 4

Rasul, apakah kau pernah melihat wajahku

apakah kau di surga pernah mendengar perkataanku

apakah kau pernah kau merasakan kehadiran umat-umatmu

kalau ya, muncullah di hadapanku

sekali saja

aku juga minta  satu permintaan

sholatlah bersamaku

berjamaah bersama adik-adikku

dan orangtuaku

30/1/2008; 10:22:13

Hampir setahun sms puisi itu tersimpan dalam hp-ku. Berkali-kali membacanya membuatku trenyuh. Kepolosan sang anak dalam mencintai Nabi mereka, menjadikan mereka mampu menerjemahkan isi hati mereka kepada sang Cahaya wujud dalam bentuk puisi. Begitu tulus.

Kuperiksa hatiku, aku malu sendiri. Malu karena banyak mempermalukan sang Nabi. Aku tak sanggup membayangkan kemurkaan beliau… Aku hanya berharap, selama masih hayat dikandung badan, aku masih bisa perbaiki diri. Ya Nabiy, salam ‘alaika, ya Rasul salam ‘alaika…

 

Nasihat-nasihat Ibn ‘Arabi (2): Tentang Orang Sakit dan Pengemis

Anda harus mengunjungi orang sakit karena dalam kunjungan itu terdapat pelajaran yang berharga. Allah berada di sisi hamba-Nya yang sakit. Tidakkah Anda melihat si sakit yang tiada memiliki pertolongan kecuali dari Allah, tiada ingat (zikir) kecuali Allah. Selama lisannya menyebut sang Haq, di hatinya ia bersandar kepada-Nya.

Berikan makan dan minum kepada pengemis sebab ia bisa menempatkanmu seperti posisi sang Haq yang senantiasa memberi makan dan minum hamba-hamba-Nya. Allah memerintahkan Anda untuk bersedekah karena Dia mewakilkan hal itu kepada Anda. Maka, janganlah Anda tolak si pengemis walaupun dengan kalimat yang santun dan wajah ramah, sementara Anda tak merasa bersalah karenanya. Anda tahu, Hasan dan Husain (semoga Allah meridhai kedua cucu Nabi ini) ketika dimintai oleh pengemis selalu bersegera untuk memberinya dan berkata, “Selamat datang, bawakan bekalku hingga akhirat.”

(Wahai Anakku, hal.12-3)

Nasihat-nasihat Ibn ‘Arabi [1]: Tentang Perbuatan dan Lidah

Nabi saw bersabda, “Ucapan terbaik yang aku dan para nabi sebelumku katakan adalah laa ilaaha illa Allah (tiada tuhan selain Allah).

Wahai murid, semoga Allah melimpahkan taufik kepada Anda.

Janganlah Anda menghina sesuatu pun dari perbuatan Anda, karena Allah tak pernah menghinanya ketika Dia menciptakan dan mewajibkannya. Allah tidak mewajibkan suatu perintah kecuali Allah telah menyiapkan pertolongan dan bantuan untuk menunaikannya hingga Dia mewajibkan perintah itu kepada Anda. Sementara martabat Anda lebih agung di sisi-Nya karena Anda adalah lokus untuk mewujudkan apa yang Dia wajibkan kepada Anda.

Tidak ada sesuatu yang lebih pantas untuk dipenjara selain lidah. Allah menciptakan lidah di balik kedua bibir dan barisan gigi-gigi, yang dengan demikian Allah membukakan pintu-pintu hingga berlimpah keutamaan…

Dikutip dari:  “Wahai Anakku”, Nasihat Sufi Besar Ibn Arabi, (Jakarta, Pustaka IIMAN, 2004), hal.11-12
.

Fashshu Hikmatin Muhayyimiyyatin fi Kalimatin Ibrahimiyyatin

Menurut riwayat Imam Ali Ridha as, tanggal 25 Dzulqa’dah adalah hari kelahiran Nabi Ibrahim as dan Nabi Isa as juga merupakan hari dibentangkannya bumi. Pada hari itu, kita disunnahkan juga untuk berpuasa. Sebagai tanda mata untuk Nabi kita, Ibrahim as, saya kutipkan pengantar RWJ Austin untuk Fashshu Hikmatin Muhayyimiyyatin fi Kalimatin Ibrahimiyyatin yang diambil dari the Bezels of Wisdom. Selamat menikmati bagi penikmat Ibn ‘Arabi.

arabi

Catatan Pengantar

Gelar tradisional dari patriarki Ibrahim adalah al-Khalil, yang biasanya diterjemahkan “sahabat”. Namun, Ibn ‘Arabi memahami kata ini dari makna derivasi lainnya dari akar kata khalla, yang berarti penembusan atau penetrasi. Jadi, dalam konteks ini, gelar Ibrahim agaknya berarti “seseorang yang ditembusi”, yaitu oleh Allah. Karena itu, persahabatan adalah jenis yang paling dekat; sesungguhnya Ibrahim, sebagaimana ditegaskan oleh judul, lebih seperti cinta yang mempesona yang pecinta seutuhnya ditembusi oleh yang dicintai.

Ibrahim: Yang Ditembus Allah

Pengarang kita ini selanjutnya menggunakan contoh Ibrahim untuk mengilustrasikan prinsip penembusan Ilahi secara umum. Jadi, kosmos dan masing-masing konstituennya, sebagai wujud yang secara total menerima Prinsip Ilahi, sepenuhnya ditembusi oleh agen Ilahi sebagai sesuatu yang implisit dan tidak eksplisit, sehingga kompleksitas penampakan dan keragaman kosmos menyembunyikan realitas Allah yang ada di mana-mana. Akan tetapi, seperti biasa, dia menegaskan kesalingterkaitan penembusan ini, karena hanya Allah yang secara implisit, hadir dalam penciptaan kosmis, sehingga penciptaan secara implisit dan esensial hadir di dalam Allah. Baca lebih lanjut

Muhasabah (I): Memeriksa Kata Hati

Praktik umum yang dijalankan dalam tasawuf ketika memulai khalwat adalah menguji kesadaran, atau yang dinamakan muhasabah. Ia merupakan proses pemeriksaan batin yang saksama, yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi. Meskipun sulit sekali–dan orang harus sangat hati-hati karena pikiran dapat begitu cerdik dalam mempermainkan dan membuat-buta pembenaran (rasionalisasi)–itu satu-satunya cara untuk menemukan diri sendiri yang sejati.

Kita bisa memulai proses ini dengan melangkah mundur dari kehidupan kita dan mengamati keadaan yang melibatkan diri kita sekarang–hubungan kita dengan orang-orang, pekerjaan, rumah, dan komunitas sosial yang lebih luas. Sediakan waktu untuk memeriksa motif-motif yang menyertai keterlibatan diri kita dalam aktivitas-aktivitas tertentu; selamilah harapan-harapan kita terhadap orang-orang tertentu; tanyakan mengapa kita memprakarsai cara-cara tertentu dalam bertindak.

Setelah mengamati dengan cermat tindakan-tindakan dan keterlibatan-keterlibatan kita dalam kehidupan pribadi, langkah kedua adalah memeriksa tujuan keseluruhan kita dalam hidup. Kemana energi kita disalurkan? Apakah cita-cita kita? Apakah kita hidup sesuai dengan cita-cita itu? Semua ini adalah pertanyaan-pertanyaan besar yang mungkin tidak dapat kita ketahui jawabannya dengan segera. Bahkan pertanyaan-pertanyaan itu mungkin muncul dengan cara yang lebih wajar selama meditasi, yang akan dibahas kemudian.

OBAT JIWA

SALAH satu tujuan dasar melatih jiwa adalah menghasilkan keseimbangan yang sehat dari masing-masing jiwa dan di antara jiwa-jiwa tersebut.  Prinsip moral dan etika serta ajaran-ajaran dari kelompok sufi bertujuan memberikan jalan tengah. Yakni, disiplin diri, yang mendukung tujuan ini.

Sufi berusaha menghindari sikap berlebihan dalam kehidupan, baik itu menolak asketisisme ataupun kecanduan akan kesenangan dan materialisme. Praktik keagamaan dan spiritual ditujukan sebagai pendukung, bukan sebagai beban yang berat. Contohnya, berpuasa tidak diwajibkan jika kita dalam keadaan sakit atau sedang melakukan perjalanan. Kita dapat mengganti hari puasa yang ditinggalkan pada saat kita dalam keadaan sehat dan menjalani kehidupan rutin yang normal. Baca lebih lanjut