Konsep-konsep Kunci Metafisika Ibn ‘Arabi: Tanzih dan Tasybih

syekh-akbar-ibn-arabi

DALAM perspektif Ibn ’Arabi, sebagaimana kita baca, dualitas al-Haqq dan al-khalq bukanlah suatu dualitas wujud yang hakiki melainkan suatu dualitas dari apa yang kita sebut aspek-aspek yang berbeda. Aspek-aspek yang berbeda diidentifikasi dalam filsafatnya dengan apa yang disebutnya transendensi (tanzih) dan imanensi (tasybih). Dalam doktrin tanzih dan tasybih Ibn ’Arabi, tasybih tidak dipahami dalam arti bahwa Tuhan memiliki pendengaran atau penglihatan, atau tangan dan seterusnya, namun sebaliknya Dia imanen dalam seluruh pendengaran dan penglihatan. Ini merupakan imanensi-Nya. Di sisi lain, Esensi-Nya tidak terbatas kepada satu makhluk atau sekelompok makhluk yang mendengar dan melihat, namun dimanifestasikan dalam seluruh makhluk apa pun. Dalam artian ini, Tuhan adalah transenden karena Dia di atas seluruh limitasi dan individualisasi. Sebagai suatu substansi universal, Dia adalah Esensi dari semua itu. Dengan demikian, Ibn ’Arabi mereduksi tanzih dan tasybih kepada kemutlakan (ithlaq) dan keterbatasan (taqyid).

Secara empatik, Ibn ’Arabi menolak antropomorfisme dan korporealisme, dan doktrin inkarnasi (hulul) Kristen. Mengatakan bahwa Kristus adalah Tuhan adalah benar, katanya, dalam arti bahwa segala sesuatu yang lainnya adalah Tuhan, demikian juga mengatakan bahwa Kristus adalah putra Maria juga benar. Namun mengatakan, bahwa Tuhan adalah Kristus putra Maria adalah salah, karena ini mengimplikasikan bahwa Dia adalah Kristus dan bukan yang lain. Tuhan adalah Anda dan saya serta segala sesuatu yang lainnya di alam semesta. Dia adalah segala sesuatu yang dapat dipersepsi dan tak dapat dipersepsi; material ataupun spiritual. Adalah kufur untuk mengatakan bahwa Dia adalah hanya Anda atau saya sendiri atau hanya Kristus, atau membatasi-Nya dalam bentuk apa pun, bahkan dalam suatu bentuk konseptual.

Ketika seseorang mengatakan bahwa ia telah melihat Tuhan dalam sebuah mimpi dengan warna, ukuran, ataupun bentuk tertentu, segala yang ia ingin katakan adalah Tuhan telah menunjukkan Diri-Nya kepadanya dalam salah satu bentuk bentuk tak terbatas-Nya, karena Dia menjelmakan Diri-Nya dalam bentuk intelijibel juga dalam bentuk konkret. Jadi, apa yang sebenarnya orang itu lihat adalah bentuk Tuhan, bukan Tuhan itu sendiri.

Ibn ’Arabi memandang bahwa transendensi dan imanensi adalah dua aspek fundamental Realitas. Jika kita ingin menjelaskan Realitas atau Hakikat tidaklah cukup dengan hanya menjelaskan satu aspek saja. Al-Haqq yang darinya aspek transendensi dijelaskan sama dengan al-Khalq yang darinya imanensi ditegaskan, sekalipun (secara logis) Pencipta jelas berbeda dari yang diciptakan.

Meski Syaikh menegaskan bahwa segala sesuatu adalah Tuhan (dari aspek imanensinya), ia menjaga betul untuk tidak mengatakan sebaliknya. Tuhan adalah Ketunggalan di balik multiplisitas dan Realitas di balik Penampakan (dari aspek transendensinya). Ia mengatakan bahwa ia bukanlah transendensi sebagaimana ditegaskan oleh manusia yang menjabarkan bahwa watak hakiki Tuhan sebagai Yang Absolut. Bahkan transendensi yang paling abstrak (yang dikonsepsi manusia) adalah sebentuk limitasi, karena ia mengimplikasikan, setidaknya, eksistensi seorang penegas atau subjek selain eksistensi Tuhan. Lebih jauh, menegaskan sesuatu atas sesuatu berarti membatasinya. Karena itu, penegasan bahkan atas transendensi mutlak Tuhan adalah satu pembatasan atau limitasi. Penegasan, yang dilakukan oleh intelek, atas transendensi Tuhan hanya merupakan suatu jalan yang tepat dalam mengkontraskan dua aspek Realitas sebagaimana kita memahaminya, tetapi itu tidak menerangkan sifatnya.

3 thoughts on “Konsep-konsep Kunci Metafisika Ibn ‘Arabi: Tanzih dan Tasybih

  1. agung berkata:

    waaaa……belum nyampe nih pemahaman aku……musti belajar lagi nich

  2. arif mulyadi berkata:

    Yo wis, belajar lagi. Aku juga masih terus belajar mas.

Tinggalkan komentar