Tak terasa, setelah lacak punya lacak, selama setahun ini aku tidak produktif dalam menghasilkan tulisan-tulisan. Tulisan terakhirku di blogku bertitimangsa Maret 2012. Duh, malu aku sama Dia yang mengamanatkan akal untuk berpikir dan tangan untuk menulis. Padahal selama setahun lebih, banyak peristiwa yang sebetulnya dapat kukisahkan kepada pembaca.
Yang paling aktual adalah banyaknya komentar para pembaca terkait dengan tulisan “Tajali”. Seingatku, inilah tulisan yang paling banyak mendapat komentar dari pembaca. Sebagian pembaca malah menawarkan nomor kontak mereka sehingga diharapkan aku bisa silaturahmi dengan mereka. Karena penasaran, akhirnya aku mendatangi salah seorang mereka yang mengakui berasal dari Tarekat “Haqmaliah” (?).
Dalam pembicaraan kami yang terjadi pada hari Minggu, 11 Agustus 2013, teman Haqmaliah ini menceritakan bagaimana dia menempuh laku spiritualnya sehingga mendapatkan tajali. Sepanjang pembicaraan, aku menyimak penjelasan dia. Laku spiritual yang ditempuhnya itu di antaranya makan dengan puasa sepuluh hari yang diawali dan diakhiri dengan makan umbi-umbian, puasa mutih selama sepuluh hari, dan ditutup dengan puasa mati geni (wishal).
Penjelasan temanku ini mengingatkanku sejumlah pelajaran tasawuf Ibnu Arabi secara teoretis. Jika teman Haqmaliah lebih menekankan pada aspek praktis tasawuf berikut amaliah, sementara aku terlalu tenggelam dalam aspek teoretis (maunya).
Alhasil, resolusi pascaramadan yang kuinginkan adalah memperdalam materi-materi yang pernah kugali sebelumnya seraya mendalami aspek-aspek praktisnya. Semoga istikamah.