Resolusi Pascaramadan 1434/2013

Tak terasa, setelah lacak punya lacak, selama setahun ini aku tidak produktif dalam menghasilkan tulisan-tulisan. Tulisan terakhirku di blogku bertitimangsa Maret 2012.  Duh, malu aku sama Dia yang mengamanatkan akal untuk berpikir dan tangan untuk menulis. Padahal selama setahun lebih, banyak peristiwa yang sebetulnya dapat kukisahkan kepada pembaca.

Yang paling aktual adalah banyaknya komentar para pembaca terkait dengan tulisan “Tajali”.  Seingatku, inilah tulisan yang paling banyak mendapat komentar dari pembaca. Sebagian pembaca malah menawarkan nomor kontak mereka sehingga diharapkan aku bisa silaturahmi dengan mereka. Karena penasaran, akhirnya aku mendatangi salah seorang mereka yang mengakui berasal dari Tarekat “Haqmaliah” (?).

Dalam pembicaraan kami yang terjadi pada hari Minggu, 11 Agustus 2013, teman Haqmaliah ini menceritakan bagaimana dia menempuh laku spiritualnya sehingga mendapatkan tajali. Sepanjang pembicaraan, aku menyimak penjelasan dia. Laku spiritual yang ditempuhnya itu di antaranya makan dengan puasa sepuluh hari yang diawali dan diakhiri dengan makan umbi-umbian, puasa mutih selama sepuluh hari, dan ditutup dengan puasa mati geni (wishal).

Penjelasan temanku ini mengingatkanku sejumlah pelajaran tasawuf Ibnu Arabi secara teoretis. Jika teman Haqmaliah lebih menekankan pada aspek praktis tasawuf berikut amaliah, sementara aku terlalu tenggelam dalam aspek teoretis (maunya).

Alhasil, resolusi pascaramadan yang kuinginkan adalah memperdalam materi-materi yang pernah kugali sebelumnya seraya mendalami aspek-aspek praktisnya.  Semoga istikamah.

Allah Memberikan Tiga Kesempatan untuk Hamba dalam Shalat

Diriwayatkan Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Ketika seorang hamba shalat, Allah Swt akan memalingkan wajah-Nya kepada hamba dan selalu memperhatikannya sampai hamba-Nya berpaling dari Allah sebanyak tiga kali, dan ketika hamba berpaling tiga kali, maka ketika itulah Allah juga akan berpaling darinya.”

Ayatullah Mojtaba Tehrani menjelaskan hadis tersebut dan mengatakan, “Itu adalah terjemahan tekstual dari riwayat tersebut, dan akan saya kemukakan beberapa poin. Pertama, jelas sudah bahwa ketika hamba menghadap dan memalingkan muka kepada Allah Swt, maka Allah juga akan berpaling kepadanya. Inilah inti dari riwayat tersebut. Baca lebih lanjut

Break the Form, Lose the Donkey

From the Teachings of Mawlana Shaykh Kabbani
Sufi Meditation Center, Vancouver, BC

Bismillahi Rahmaani Raheem. Alhamdulillah sharing from Mawlana Shaykh’s teachings that; Allah (SWT) is describing, “I am not in the Heavens and I am not on this Earth, but I am in the heart of My believer, qalbun mum’in baytullah.” From Mawlana Shaykhs teachings, an important reality begins to open; whether it is the practise of going for Hajj and circumbulating the Ka’aba, or the praying, or the whirling and other expressions of our love through different practises; there is a reminder for myself that the Prophet (s) is teaching us from that holy hadith that Allah opens a nearness to Himself when the servant approaches through voluntary worship; then Allah (SWT) begins to love that servant, through his voluntary prayers. And the Prophet (s) describes that if Allah (SWT) dresses that servant with His love; their hearing will be from a Divine Hearing, from Allah’s Hearing; their seeing will be from Divine Seeing and their breathing will be from the Divine Breath. And also their speech will be from the Divine and Heavenly Words; their hands and their movement and every action will be dressed from the Divine Oceans. Baca lebih lanjut

Salawat adalah Tinta, juga Penghapus

Pelajaran akhlak Ayatullah Mujtaba Tehrani termasuk pelajaran akhlak yang diminati oleh para peminat. Dalam pelajaran kali ini, ia mengupas tentang salawat kepada Rasulullah saw dan keluarganya.

Ketika salawat dicatat dalam catatan amal seorang hamba, maka setiap salawat akan ditulis sebanyak 10 kebaikan. Salawat memiliki peran positif dan juga peran negatif.
Diriwayatkan dari Hasan bin Ali Askari bahwa ia berkata, “Perbanyaklah mengingat Allah, mengingat kematian, membaca Al-Quran, dan mengirimkan salawat kepada Rasulullah saw, karena salawat yang dikirim untuk Rasulullah berpahala 10 kebaikan.”

Arti mengingat dalam hadis tersebut adalah mengingat dalam bentuk internal, sebagaimana hal ini juga dapat ditarik kesimpulan dari frase setelahnya; yaitu “mengingat kematian”.

Mengingat ini lantaran juga tidak berarti menyebut secara lisan. Mengingat seperti ini dapat memiliki peran membangun.

Dengan demikian, ada dua pesan internal yang telah dilontarkan oleh Imam Hasan Askari: mengingat Allah dan mengingat kematian.

Imam Hasan Askari juga memberikan dua pesan eksternal:
Pertama, membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran memiliki efek yang tak terhingga. Dari sisi spiritual, membaca Al-Quran dapat mendatangkan cahaya.

Kedua, bersalawat kepada Rasulullah saw. Untuk pesan-pesan sebelum ini, Imam Hasan as tidak membawakan alasan. Akan untuk pesan salawat ini, ia menyebutkan bahwa salawat untuk Rasulullah saw berpahala 10 kebaikan.
Salawat memerlukan pembahasan yang detail dan panjang. Pada kesempatan ini, saya hanya akan mengisyaratkan saja.

Salawat memiliki peran positif dan juga peran negatif. Ketika Imam Hasan as menekankan bahwa ketika satu salawat telah ditulis di dalam catatan amal seseorang akan memiliki pahala 10 kebaikan, maka ini adalah peran positif salawat. Akan tetapi, dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa salawat memiliki peran istighfar; yaitu peran negatif dan penghapusan dosa dan keburukan.

Dengan ungkapan lain, salawat memiliki dua wajah. Ketika para imam maksum as menekankan bahwa zikir terbaik adalah salawat, hal ini lantaran dua wajah yang dimiliki oleh salawat. Salawat adalah pena, dan juga penghapus. Untuk itu, membaca salawat sangat ditekankan.

Lebih dari 10 kebaikan, para malaikat juga akan mengirimkan 700 salam bagi siapa yang membaca salawat. Kelipatan salawat sangatlah tinggi, dan kita tidak tahu apa yang tersembunyi di balik satu salawat. (sumber: http://www.shabestan.net)

The Story of Cieceng

(I)
Kami bersembilan sudah di bus Budiman jurusan Cimahi-Tasikmalaya. Siap berangkat. Ada Ibah, mahasiswi UIN yang mendapat program beasiswa Walagri Aksara; Gilang dan Tedi, pemain baru dari Pertanian UNPAD; Diar dan Rian para kader dari SD-SMA Semesta Hati; Munajat teman saya yang bertanggung jawab mengurus kebun kina Kimia Farma; Sandi sesama litbang Darul Hikmah; Ali, anak bungsuku, yang tak bisa lepas dari bapaknya selama ibunya di Palembang. Anak-anak Lensa Remaja yang dampingi kegiatan Walagri Aksara menggeser kegiatan ke minggu depan. hmm si kecil sudah tidur. Semoga cukup istirahat sampai nanti pindah ke coltbak menuju lokasi menembus malam dan hutan. Mohon doanya. (16/12/2011 19:52:11)
(II)
Perjalanan konflik antara sekolah dengan pesantren; tokoh masyarakat (yang notabene tokoh masyarakat) dengan tokoh muda (yang identik dengan guru-guru); kepentingan agama (tepatnya agama yang melulu mengurus fiqh dan bid’ah) dengan hal duniawi (‘uang’). Dinamikanya sampai ke tingkat praksis mendapat contoh di sini. Haha, di sinilah ditegaskan kepada masyarakat bahwa materi keagamaan 99%, materi ‘sekolah’ sisanya. Kini konfliknya semakin meruncing (dan kami harus menemukan dampak positifnya). Masih membutuhkan waktu lama namun eskalasi perubahannya menguat. Hehe, ngomong2 ternyata satu2 jembatan yang menghubungkan kami dengan kota kecamatan terputus.
(18/12/2011 10:32:12)
(III)
Ada dua orang yang tidak tidur sekejap pun selama perjalanan pulang dengan bus Budiman. Ali karena tak henti menggoda saya selama Gilang tertidur, dan ketika Gilang terbangun, ternyata dia cerewet juga dalam melayani Ali. Yang kedua adalah Usep. Kejadiannya, karena lelah saya memutuskan mengambil 2 kursi dengan Ali sekalipun bus penuh. Di Ciawi naik seorang gadis yang berniat rela duduk di tangga masuk bus. Tentu saya tidak tega (semoga bukan tega tidak melewatkan kesempatan) melihatnya. Saya minta izin sama Ali yang serta merta menolaknya. Akhirnya Gilang yang duduk bersebelahan dengan Usep yang jadi tidak tega. Usep cengengesan kemudian asyik mengobrol. Kata temen-temen saya diselamatkan Ali dan Gilang. Tapi Gilang aneh karena itu bukan nenek atau ibu menyusui. Saya curiga ada maksud cari perhatian.
(19/12/2011 09:31:00)

The One Alone (13)

Kualitas-Nya adalah penampakan-Nya di setiap momen dalam bentuk dan keadaan yang berbeda. Dalam al-Quran yang Mulia, dalam Surah al-Rahman (Yang Maha Penyayang), Dia berfirman, Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan, yakni Dia memanifestasikan Diri-Nya di setiap waktu dalam keadaan yang mulia lainnya. (QS. 55:29)

Tak ada sesuatu pun yang eksis; namun dalam setiap waktu dan momen Dia memanifestasikan Diri-Nya dalam keadaan mulia lainnya. Tidak ada yang pertama; tiada ada suatu sebelum; tidak ada lagi manifestasi sekarang. Sesungguhnya, tiada wujud selain Dia: karena apa yang tampaknya eksis, eksistensi maupun nireksistensinya adalah sama. Apabila orang memandangnya sebaliknya, orang mesti memahami bahwa sesuatu bisa muncul dari ketiadaan,yang menegasikan keesaan Allah, dan itu suatu kekurangan–sementara keesaan-Nya terbebas dan melampaui segenap kekurangan.

Satu-satunya keberadaan adalah eksistensi Allah. Jika engkau tahu ini dan tidak memandang dirimu sebagai sama, atau selain, atau bersama, dengan Dia, maka sesungguhnya engkau mengenal dirimu sendiri. Itulah mengapa pemimpin kita Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.” dan bukan “Barangsiapa yang melenyapkan dirinya sendiri, maka ia mengenal Tuhannya”–karena ia melihat dan ia mengetahui bahwa tidak ada sesuatu selain Allah. Dan itu adalah bahwa ia mengenal dirinya sendiri.

(Sumber: TOA, dalam What the Seeker Needs, hal.38-39)

The One Alone (12)

APAKAH Anda mengira adalah mungkin saja untuk mencampuri kedaulatan Tuhan? Bagaimana bisa Kedaulatan Mutlak atas semua dan segala sesuatu dibatasi? Dia telah memerintah selamanya. Dia adalah Tuhan. Dia adalah Penguasa, bukan yang dikuasai. Dia adalah Pencipta Abadi, bukan yang diciptakan, dan kini Dia pun seperti itu [sebagai Pencipta]. Dia tidak butuh ciptaan-Nya sebagai Pencipta; Dia tidak butuh sesuatu yang Dia kuasai sebagai Tuhan (LOrd). Dia memiliki seluruh sifat sebelum Dia memanifestasikan sifat-sifat tersebut di alam semesta yang Dia ciptakan. Dia adalah Dia, baik dulu maupun sekarang.

Manifestasi Zat-Nya tidak berbeda sama sekali dari Wujud-Nya sebagaimana sebelumnnya. Manifestasi keesaan-Nya membutuhkan-Nya sebagaimana yang Pertama. Dia tersembunyi dalam wujud yang terlihat; Rahasia-Nya termanifestasi dalam apa yang terlihat. Sebelum-Nya adalah setelah-Nya, dan setelah-Nya adalah sebelum-Nya. Multiplisitas-Nya berada dalam keesaan-Nya, dan keesaan-Nya ada dalam multiplisitas-Nya. Dia adalah satu, dan semuanya adalah Dia.

Sumber: TOA, dalam What the Seeker Needs, hal.38.

The One Alone (11)

DENGAN kata-kata Ilahi ini Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa âlihi wassalam] mengisyaratkan bahwa barangsiapa yang mati sebelum mati [akan] menyadari seluruh keberadaan-Nya sebagai keberadaan Allah dan tidak melihat perbedaan antara dirinya dan Allah, antara sifat-sifatnya dan sifat-sifat Allah. Ia juga tidak melihat kemestian atau kemungkinan perubahan apapun dalam kedudukannya. Karena jika keberadaannya bukan Allah, bahkan dia tidak bisa mengenal dirinya sendiri.

Jadi ketika engkau mengenal diri sendiri, diri dan keegoisanmu akan pergi, dan engkau akan tahu bahwa tidak ada sesuatu pun dalam eksistensi selain Allah.

Syarat untuk pengetahuan-diri adalah mengetahui bahwa apabila engkau memiliki suatu wujud untuk dirimu sendiri, independen dari wujud lain, niscaya engkau tidak akan perlu untuk melenyapkan dirimu sendiri di dalam Allah atau untuk mengenal dirimu sendiri. Engkau adalah, dirimu sendiri, a god – maujud, dan tanpa eksistensi lain selain engkau – sementara itu adalah Allah Yang Mahatinggi yang bebas dari eksistensi tuhan lain selain Dirinya.

Dan ketika engkau baru mengenal dan mengetahui dirimu, niscaya engkau yakin bahwa engkau tidaklah eksis atau benar-benar eksis, entah sekarang, sebelumnya, ataupun di masa depan. Maka pengertian lâ ilâha illallah—tiada tuhan selain Allah, “tiada wujud selain wujud-Nya, atau tidak ada sesuatu selain Dia, dan Dia adalah the Only One—akan menjadi jelas bagimu.

Sumber: “The One Alone”, dalam Ibn ‘Arabi, What the Seeker Needs, hal.37-38.

The One Alone (10)

Tentang Mati Sebelum Mati
Dia yang memikirkan dirinya sebagai sesuatu selain Allah tentunya bukan selain Dia, karena Allah Ta’ala bebas dari semua eksistensi selain Esensi Ilahi-Nya. Semua, yang terlihat maupun tidak terlihat, yang eksis pada-Nya, bersama-Nya, di samping-Nya, tidak lain adalah Dia, karena yang lain itu sendiri adalah Dia. Barangsiapa melihat dirinya demikian dan diberkati dengan kualitas-kualitas ini, tidak memiliki ikatan ataupun tujuan.
Siapa pun mati ketika, dengan kehendak Allah, waktu nyawa pinjamannya berakhir. Wujud materi — yang disebut kehidupan — berakhir pada waktu yang ditentukan, kehilangan seluruh karakter dan kualitasnya, baik dengan kebaikan maupun keburukan. Barangsiapa yang mati secara spiritual sementara kehidupan materinya berlanjut juga kehilangan karakteristiknya entah baik maupun buruk. Tak ada sesuatu pun yang tersisa dari dirinya. Yang ada hanyalah Allah, yang menempati dirinya. Dirinya menjadi Diri Allah. Sifatnya menjadi sifat Allah.
Itulah yang dimaksud oleh Pemimpin kita, Rasulullah saw ketika bersabda, “Matilah engkau sebelum engkau mati.”

Yakni, “Kenalilah dirimu, sebelum engkau mati.” Melalui Nabi-Nya, Allah berfirman:
Hamba-Ku datang mendekati-Ku dengan ibadah amal-amal baik hingga Aku mencintai-Nya; dan ketika aku mencintainya, Aku menjadi pendengaran pada telinganya; Aku menjadi penglihatan pada matanya; Aku menjadi kata-kata pada lidahnya; Aku menjadi tangan yang dengannya ia memegang; Aku menjadi kekuatan setiap bagian wujudnya.

Sumber : TOA, hal.37

Terlalu Banyak Duduk Undang Kematian

Para pakar kesehatan di London mengeluarkan peringatan mengejutkan: duduk itu mematikan. Mereka memperingatkan bahwa duduk dalam jangka waktu lama, meski Anda juga berolah raga secara teratur, dapat berakibat buruk bagi kesehatan.

Tempat Anda duduk pun tak jadi soal, entah di kantor, sekolah, mobil, serta di depan komputer atau televisi. Masalahnya adalah, berapa lama Anda melakukannya. Baca lebih lanjut